Sabtu, 17 Juni 2017

Sektor Pertanian



SEKTOR PERTANIAN

Kelahiran Ilmu Ekonomi Pertanian
Ilmu Ekonomi Pertanian merupakan cabang ilmu yang masih sangat muda. Di Indonesia, mata pelajaran ilmu ekonomi pertanian diberikan mula-mula pada fakultas-fakultas pertanian dengan tradisi pengajaran Eropa Barat oleh Gurubesar-Gurubesar Ilmu Pertanian. Karena itu mata pelajaran ini merupakan “aspek social ekonomi” dari ilmu pertanian. Profesor Iso Reksohadiprodjo dan professor Ir. Teko Sumodiwirjo adalah bapak-bapak ilmu ekonomi pertanian di Indonesia dengan kuliah-kuliahnya pada fakultas-fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (dulu Universitas Indonesia) dan Universitas Gadjah Mada mulai tahun 1950.
Interpretasi Kesesuaian Lahan Untuk Pertanian
Dalam melakukan interpretasi survai tanah untuk pertanian, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Faktor penghambat dan kualitas lahan yang mempengaruhi penggunaan dan pengelolaan
2.      Kesesuaian lahan untuk bermacam-macam penggunaan pertanian; pengelolaan yang diperlukan dan produktivitas dari masing-masing kelas lahan.
Sektor Pertanian di Indonesia
Dalam buku-buku atau tulisan-tulisan, kita sering menjumpai pembagian pertanian ke delam pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit. Pertanian dalam arti luas mencakup:
1.      Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit
Sebagaimana, telah disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti beras, palawija (Jagung, kacang-kacangan, dan ubi-ubian) dan tanaman hortikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah, lading, dan pekarangan. Walaupun tujuan penggunaan hasil-hasil tanaman ini tidak merupakan criteria, namun pada umumnya sebagian besar hasil-hasil pertanian rakyat adalah untuk keperluan konsumsi keluarga. Dalam satu tahun petani dapat memutuskan untuk menanam tanaman bahan makanan atau tanaman perdagangan. Keputusan petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan atas kebutuhan makan untuk seluruh keluarga petani, sedangkan keputusannya untuk menanam tanaman perdagangan didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tujuannya penggunaan hasil penjualan tanaman tersebut dan harapan harga. Tanaman-tanaman perdagangan rakyat ini yang dikenal dengan naman hasil-hasil perkebunan rakyat meliputi tembakau, tebu rakyat, kopi, lada karet, kelapa, teh, cengkeh, panili buah-buahan, sayur-sayuran, dan bunga-bungaan.
2.      Perusahaan Pertanian
Perusahaan pertanian sebagai lawan pertanian rakyat adalah perusahaan pertanian untuk memproduksi hasil tertentu dengan system pertanian seragam di bawah manajemen yang terpusat dengan menggunakan berbagai metode ilmiah dan teknik pengolahan yang efisien. Di Indonesia perusahaan-perusahaan pertanian yang penting dan yang sudah mempunyai sejarah yang lama adalah perkebunan (plantation), yang mengusahakan tanah-tanah yang luas berdasarkan hak-hak perusahaan tertentu. Keseluruhan tanah dan bangunan pabrik serta perumahan pegawai, buruh dan pimpinan perkebunan pada satu tempat tertentu disebut estate. Disamping perkebunan, perusahaan-perusahaan pertanian dapat berbentuk perusahaan eskploitasi hutan, perusahaan peternakan atau perikanan (laut dan darat) yang kesemuanya mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Perusahaan-perusahaan pertanian dalam arti luas ini dapat berstatus perusahaan swasta nasional, join-venture atau perusahaan asing tergantung pada pemilik sumber permodalannya.
3.      Perkebunan
Perkebunan atau plantation, tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi dibanyak Negara lain. Namun begitu pada umumnya perkebunan ini didapatkan di daerah-daerah bermusim panas di dekat katulistiwa karena menggunakan system manajemen seperti pada perusahaan industry dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian dari teknologi terbaru maka sering pula disebut “industry perkebunan” atau industry pertanian.
4.      Kehutanan
Ilmu ekonomi kehutanan pada prinsipnya merupakan ilmu yang menerangkan bagaiman hubungan antara tanah-tanah hutan dengan manusia dan alokasi sumber-sumber industrinya serta bagaimana cara untuk mengelolanya sehingga sumber-sumber tersebut dapat memberikan kepuasan yang diinginkan oleh manusia.
5.      Peternakan
Dilihat dari pola pemeliharaannya peternakan di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 kelompok:
·         Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional
Ketrampilan sederhana dan menggunakan bibit local dalam jumlah dan mutu yang relative terbatas. Ternak pemakan rumput digembalakan dipadang umum, di pinggir jalan dan sawah, dipinggir sungai atau ditegalan sendiri. Kalau siang hari diberi minum dan dimandikan seperlunya sebelum dimasukkan kedlam kandang. Pemeliharaan dengan cara ini dilakukan seriap hari dan dikerjakan oleh anggota keluarga peternak. Pada umumnya biaya yang dikeluarkan hanya untuk membeli bibit, pembuatan kandang dan peralatan-peralatan lain. Tujuan utamanya ialah sebagai hewan kerja dalam membajak sawah/tegalan, hewan penarik gerobak atau pengankut beban, sedang kotorannya dipakai sebagai pupuk. Biasanya hewan yang sudah berumur 4-5 tahun dijual dan jarang sekali ternak besar yang dipotong untuk konsumsi keluarga, kecuali untuk keperluan untuk pesta-pesta tertentu. Ternak bukan pemakan rumput terutama unggas dipelihara dengan makanan utama dari hasil ikutan panen dan sisa-sisa makanan. Tujuan utamanya selain untuk djual, juga untuk konsumsi keluarga.
·         Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang semi komersial
Ketrampilan yang mereka miliki dapat dikatakan lumayan. Penggunaan bibit unggul, obat-obatan dan makanan penguat cenderung meningka, walaupun lamban. Jumlah ternak yang dimiliki 2-5 ekor ternak besar dan 5-100 ekor ternak kecil terutama ayam. Bahan makanan berupa hasil ikutan panen seperti bekatul, jagung, jerami dan rumput-rumputan yang dikumpulkan oleh tenaga dari keluarga sendiri. Tujuan utama memelihara ternak untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri.
·         Peternak komersial
usaha ini dijalankan oleh golongan ekonomi yang mempunyai kemampuasn dalam segi modal dan saran produksi dengan teknologi yang agak modern. Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak terutama dibeli dari luar dalam jumlah yang besar. Tujuan utamanya ialah mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya. Biaya produksi ditekan serendah mungkin agar dapat menguasai pasar.
Salah satu contoh ialah Bimas Ayam dengan tujuan pokoknya:
-          Swasembada produksi telur dan daging ayam
-          Peningkatan produksi telur dan daging ayam
-          Perbaikan gizi
6.      Perikanan
yang dimaksud dengan perikana ialah segala usaha penangkapan budidaya ikan serta pengolahan sampai pemasaran hasilnya. Sedang yang dimaksud sumber perikan ialah binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hidup diperairan baik darat maupun laut. Usaha perikanan di Indonesia masih merupakan perikanan rakyat dengan menggunakan perahu layar. Penggunaan perahu layar jauh lebih banyak daripada perahu motor. Walaupun lambat tapi dari tahun ke tahun penggunaan kapal motor terus meningkat.
Sistem Pertanian Terpadu
Sejarah pertanian menunjukkan bahwa system pertanian telah berkembang dari system indigenus yang ramah lingkungan ke system konvesional, industrial, atau modern yang tidak ramah lingkungan. Ketidakramahan system pertanian konvesional itu, yang notabene berkembang lebih dahulu di Negara-negara maju, terjadi karena penggunaan teknologi yang sarat masukan luar berupa agrokimia terutama pupuk inorganic dan pestisida buatan.
Terdapat lima model system pertanian terpadu yang dapat dibuka, yaitu:
(1)   Sistem pertanian terpadu berbasis tanaman
(2)   Sistem pertanian terpadu berbasis ternak
(3)   Sistem pertanian terpadu berbasis perikanan darat
(4)   Sistem pertanian terpadu berbasis agroforestry
(5)   Sistem pertanian terpadu berbasis agroindustri
Modal dan Produksi Pertanian
Modal Uang dan Kredit
Setelah tanah, modal adalah nomor dua pentingnya dalam produksi pertanian dalam arti sumbangannya pada nilai produksi. Dalam arti kelangkaannya bahkan peranan faktor modal lebih menonjol lagi. Itulah sebabnya telah disebutkan pula di atas bahwa kadang- kadang orang mengatakan bahwa “Modal” satu -satunya milik petani adalah tanah di samping tenaga kerjanya yang dinilai rendah. Pengertian modal disini bukanlah dalam arti kiasan yaitu barang atau apa pun yang digunakan untuk mencapai sesuatu tujuan. Tujuan petani dalam hal ini tidak lain adalah untuk mempertahankan hidupnya bersama keluarganya. Hidup petani bergantung pada pertanian, dan modalnya adalah tanahnya. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama- sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru  yaitu, dalam hal ini hasil pertanian.
Modal pertanian yang berupa barang diluar tanah adalah ternak beserta kandangnya, cangkul, bajak, dan alat-alat pertanian lain, pupuk, bibit, hasil panen yang belum dijual, tanaman yang masih disawah dan lain-lain. Dalam pengertian yang demikian tanah dapat dimasukkan pula sebagai modal. Bedanya adalah bahwa tanah tidak dibuat oleh manusia, tetapi diberikan oleh alam. Sedangkan apa yang disebut seluruh tersebut, seluruhnya dibuat oleh tangan manusia.
Perbedaan lain ialah karena tanah tidak dibuat oleh manusia maka persediaannya tidak mudah atau hamper tidak mungkin untuk ditambah, sedangkan modal tidak demikian. Akhirnya dalam harga; harga tanah dapat naik tanpa batas, padahal modal ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Kalau permintaan akan sesuatu barang modal naik terus.
Hasil Pruduksi dan Biaya Produksi
Efisiensi Usahatani
Efiensi produksi yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (Input). Kalau efisiensi fisik ini kemudian kita nilai dengan uang maka kita sampai pada efisiensi ekonomi. Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasir bruto produksinya yaitu luas tanah dikalikan hasil per kesatuan luas. Dan ini semua kemudian di nilai dalam uang. Tetapi tidak semua hasil ini diterima oleh petani. Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkannya yaitu harga pupuk dan bibit, biaya pengolahan tanah, upah menanam, upah membersihkan rumput dan biaya panenan yang biasanya berupa bagi hasil (in-natura). Disamping itu bagi petani penyakap maka bagian hasil panen yang harus diberikan kepada pemilik tanah (yaitu kira-kira 50% dari hasil netto tergantung dari perjanjian) harus pula dikurangkan dan dimasukkan sebagai biaya.
Sumber :
·         Pengantar Ekonomi pertanian/Mubyarto, 1989 – Edisi III.
·         Pengembangan Model Ecovillage, Pembangunan Kawasan Perdesaan serta Peningkatan Sumbangan Pertanian bagi Peningkatan Kualitas Hidup Penduduk Perdesaan/Euis Sunarti 2009
·         Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan/Prof. Dr. Affendi Anwar, M. SC.



 

Rizky Fitria Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang