SEKTOR
PERTANIAN
Kelahiran
Ilmu Ekonomi Pertanian
Ilmu
Ekonomi Pertanian merupakan cabang ilmu yang masih sangat muda. Di Indonesia,
mata pelajaran ilmu ekonomi pertanian diberikan mula-mula pada
fakultas-fakultas pertanian dengan tradisi pengajaran Eropa Barat oleh
Gurubesar-Gurubesar Ilmu Pertanian. Karena itu mata pelajaran ini merupakan
“aspek social ekonomi” dari ilmu pertanian. Profesor Iso Reksohadiprodjo dan
professor Ir. Teko Sumodiwirjo adalah bapak-bapak ilmu ekonomi pertanian di
Indonesia dengan kuliah-kuliahnya pada fakultas-fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor (dulu Universitas Indonesia) dan Universitas Gadjah Mada mulai
tahun 1950.
Interpretasi
Kesesuaian Lahan Untuk Pertanian
Dalam melakukan
interpretasi survai tanah untuk pertanian, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1.
Faktor penghambat dan kualitas lahan
yang mempengaruhi penggunaan dan pengelolaan
2.
Kesesuaian lahan untuk bermacam-macam
penggunaan pertanian; pengelolaan yang diperlukan dan produktivitas dari
masing-masing kelas lahan.
Sektor
Pertanian di Indonesia
Dalam buku-buku atau
tulisan-tulisan, kita sering menjumpai pembagian pertanian ke delam pertanian
dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit. Pertanian dalam arti luas
mencakup:
1. Pertanian rakyat atau disebut
pertanian dalam arti sempit
Sebagaimana,
telah disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai
pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan
utama seperti beras, palawija (Jagung, kacang-kacangan, dan ubi-ubian) dan
tanaman hortikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat
diusahakan di tanah-tanah sawah, lading, dan pekarangan. Walaupun tujuan
penggunaan hasil-hasil tanaman ini tidak merupakan criteria, namun pada umumnya
sebagian besar hasil-hasil pertanian rakyat adalah untuk keperluan konsumsi
keluarga. Dalam satu tahun petani dapat memutuskan untuk menanam tanaman bahan
makanan atau tanaman perdagangan. Keputusan petani untuk menanam bahan makanan
terutama didasarkan atas kebutuhan makan untuk seluruh keluarga petani,
sedangkan keputusannya untuk menanam tanaman perdagangan didasarkan atas iklim,
ada tidaknya modal, tujuannya penggunaan hasil penjualan tanaman tersebut dan
harapan harga. Tanaman-tanaman perdagangan rakyat ini yang dikenal dengan naman
hasil-hasil perkebunan rakyat meliputi tembakau, tebu rakyat, kopi, lada karet,
kelapa, teh, cengkeh, panili buah-buahan, sayur-sayuran, dan bunga-bungaan.
2. Perusahaan Pertanian
Perusahaan
pertanian sebagai lawan pertanian rakyat adalah perusahaan pertanian untuk
memproduksi hasil tertentu dengan system pertanian seragam di bawah manajemen
yang terpusat dengan menggunakan berbagai metode ilmiah dan teknik pengolahan
yang efisien. Di Indonesia perusahaan-perusahaan pertanian yang penting dan
yang sudah mempunyai sejarah yang lama adalah perkebunan (plantation), yang
mengusahakan tanah-tanah yang luas berdasarkan hak-hak perusahaan tertentu.
Keseluruhan tanah dan bangunan pabrik serta perumahan pegawai, buruh dan
pimpinan perkebunan pada satu tempat tertentu disebut estate. Disamping
perkebunan, perusahaan-perusahaan pertanian dapat berbentuk perusahaan
eskploitasi hutan, perusahaan peternakan atau perikanan (laut dan darat) yang
kesemuanya mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya. Perusahaan-perusahaan pertanian dalam arti luas ini dapat
berstatus perusahaan swasta nasional, join-venture
atau perusahaan asing tergantung pada pemilik sumber permodalannya.
3. Perkebunan
Perkebunan atau plantation, tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi dibanyak Negara
lain. Namun begitu pada umumnya perkebunan ini didapatkan di daerah-daerah
bermusim panas di dekat katulistiwa karena menggunakan system manajemen seperti
pada perusahaan industry dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian dari
teknologi terbaru maka sering pula disebut “industry perkebunan” atau industry
pertanian.
4. Kehutanan
Ilmu
ekonomi kehutanan pada prinsipnya merupakan ilmu yang menerangkan bagaiman
hubungan antara tanah-tanah hutan dengan manusia dan alokasi sumber-sumber
industrinya serta bagaimana cara untuk mengelolanya sehingga sumber-sumber
tersebut dapat memberikan kepuasan yang diinginkan oleh manusia.
5. Peternakan
Dilihat
dari pola pemeliharaannya peternakan di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 kelompok:
·
Peternakan rakyat dengan cara
pemeliharaan yang tradisional
Ketrampilan sederhana dan menggunakan
bibit local dalam jumlah dan mutu yang relative terbatas. Ternak pemakan rumput
digembalakan dipadang umum, di pinggir jalan dan sawah, dipinggir sungai atau ditegalan
sendiri. Kalau siang hari diberi minum dan dimandikan seperlunya sebelum
dimasukkan kedlam kandang. Pemeliharaan dengan cara ini dilakukan seriap hari
dan dikerjakan oleh anggota keluarga peternak. Pada umumnya biaya yang
dikeluarkan hanya untuk membeli bibit, pembuatan kandang dan
peralatan-peralatan lain. Tujuan utamanya ialah sebagai hewan kerja dalam
membajak sawah/tegalan, hewan penarik gerobak atau pengankut beban, sedang
kotorannya dipakai sebagai pupuk. Biasanya hewan yang sudah berumur 4-5 tahun
dijual dan jarang sekali ternak besar yang dipotong untuk konsumsi keluarga,
kecuali untuk keperluan untuk pesta-pesta tertentu. Ternak bukan pemakan rumput
terutama unggas dipelihara dengan makanan utama dari hasil ikutan panen dan sisa-sisa
makanan. Tujuan utamanya selain untuk djual, juga untuk konsumsi keluarga.
·
Peternakan rakyat dengan cara
pemeliharaan yang semi komersial
Ketrampilan yang mereka miliki dapat
dikatakan lumayan. Penggunaan bibit unggul, obat-obatan dan makanan penguat
cenderung meningka, walaupun lamban. Jumlah ternak yang dimiliki 2-5 ekor
ternak besar dan 5-100 ekor ternak kecil terutama ayam. Bahan makanan berupa
hasil ikutan panen seperti bekatul, jagung, jerami dan rumput-rumputan yang
dikumpulkan oleh tenaga dari keluarga sendiri. Tujuan utama memelihara ternak
untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri.
·
Peternak komersial
usaha ini dijalankan oleh golongan
ekonomi yang mempunyai kemampuasn dalam segi modal dan saran produksi dengan
teknologi yang agak modern. Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak
terutama dibeli dari luar dalam jumlah yang besar. Tujuan utamanya ialah
mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya. Biaya produksi ditekan serendah mungkin
agar dapat menguasai pasar.
Salah satu contoh ialah Bimas Ayam
dengan tujuan pokoknya:
-
Swasembada produksi telur dan daging
ayam
-
Peningkatan produksi telur dan daging
ayam
-
Perbaikan gizi
6. Perikanan
yang
dimaksud dengan perikana ialah segala usaha penangkapan budidaya ikan serta
pengolahan sampai pemasaran hasilnya. Sedang yang dimaksud sumber perikan ialah
binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hidup diperairan baik darat maupun laut.
Usaha perikanan di Indonesia masih merupakan perikanan rakyat dengan
menggunakan perahu layar. Penggunaan perahu layar jauh lebih banyak daripada
perahu motor. Walaupun lambat tapi dari tahun ke tahun penggunaan kapal motor
terus meningkat.
Sistem
Pertanian Terpadu
Sejarah
pertanian menunjukkan bahwa system pertanian telah berkembang dari system indigenus
yang ramah lingkungan ke system konvesional, industrial, atau modern yang tidak
ramah lingkungan. Ketidakramahan system pertanian konvesional itu, yang
notabene berkembang lebih dahulu di Negara-negara maju, terjadi karena
penggunaan teknologi yang sarat masukan luar berupa agrokimia terutama pupuk
inorganic dan pestisida buatan.
Terdapat
lima model system pertanian terpadu yang dapat dibuka, yaitu:
(1)
Sistem pertanian terpadu berbasis
tanaman
(2)
Sistem pertanian terpadu berbasis ternak
(3)
Sistem pertanian terpadu berbasis perikanan
darat
(4)
Sistem pertanian terpadu berbasis
agroforestry
(5)
Sistem pertanian terpadu berbasis
agroindustri
Modal dan Produksi Pertanian
Modal Uang dan Kredit
Setelah
tanah, modal adalah nomor dua pentingnya dalam produksi pertanian dalam arti
sumbangannya pada nilai produksi. Dalam arti kelangkaannya bahkan peranan faktor
modal lebih menonjol lagi. Itulah sebabnya telah disebutkan pula di atas bahwa
kadang- kadang orang mengatakan bahwa “Modal” satu -satunya milik petani adalah
tanah di samping tenaga kerjanya yang dinilai rendah. Pengertian modal disini
bukanlah dalam arti kiasan yaitu barang atau apa pun yang digunakan untuk
mencapai sesuatu tujuan. Tujuan petani dalam hal ini tidak lain adalah untuk
mempertahankan hidupnya bersama keluarganya. Hidup petani bergantung pada
pertanian, dan modalnya adalah tanahnya. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah
barang atau uang yang bersama- sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga
kerja menghasilkan barang-barang baru
yaitu, dalam hal ini hasil pertanian.
Modal
pertanian yang berupa barang diluar tanah adalah ternak beserta kandangnya,
cangkul, bajak, dan alat-alat pertanian lain, pupuk, bibit, hasil panen yang
belum dijual, tanaman yang masih disawah dan lain-lain. Dalam pengertian yang
demikian tanah dapat dimasukkan pula sebagai modal. Bedanya adalah bahwa tanah
tidak dibuat oleh manusia, tetapi diberikan oleh alam. Sedangkan apa yang
disebut seluruh tersebut, seluruhnya dibuat oleh tangan manusia.
Perbedaan
lain ialah karena tanah tidak dibuat oleh manusia maka persediaannya tidak
mudah atau hamper tidak mungkin untuk ditambah, sedangkan modal tidak demikian.
Akhirnya dalam harga; harga tanah dapat naik tanpa batas, padahal modal
ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Kalau permintaan akan sesuatu barang
modal naik terus.
Hasil Pruduksi dan Biaya Produksi
Efisiensi Usahatani
Efiensi
produksi yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu
kesatuan faktor produksi (Input). Kalau efisiensi fisik ini kemudian kita nilai
dengan uang maka kita sampai pada efisiensi ekonomi. Pada setiap akhir panen
petani akan menghitung berapa hasir bruto produksinya yaitu luas tanah
dikalikan hasil per kesatuan luas. Dan ini semua kemudian di nilai dalam uang.
Tetapi tidak semua hasil ini diterima oleh petani. Hasil itu harus dikurangi
dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkannya yaitu harga pupuk dan bibit, biaya
pengolahan tanah, upah menanam, upah membersihkan rumput dan biaya panenan yang
biasanya berupa bagi hasil (in-natura). Disamping itu bagi petani penyakap maka
bagian hasil panen yang harus diberikan kepada pemilik tanah (yaitu kira-kira
50% dari hasil netto tergantung dari perjanjian) harus pula dikurangkan dan
dimasukkan sebagai biaya.
Sumber :
·
Pengantar Ekonomi pertanian/Mubyarto,
1989 – Edisi III.
·
Pengembangan Model Ecovillage,
Pembangunan Kawasan Perdesaan serta Peningkatan Sumbangan Pertanian bagi
Peningkatan Kualitas Hidup Penduduk Perdesaan/Euis Sunarti 2009
·
Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan/Prof. Dr. Affendi Anwar, M. SC.